Jumat, 25 September 2009

Ngantar bekas murid ke Kaliboja (2007)





Ini adalah foto perjalanan saya bareng bekas murid-murid saya ke daerah Kaliboja. Kami berangkat pakai mobil Esspaz milik keponaan saya, yang nyetir Mas Afrid. Berangkatnya menjelang maghrib dan sampai di sana sudah jam tujuh lebih. Kaliboja ada di 40 km jauhnya dari rumah saya. Ikut kecamatan Paninggaran dan berbatasan langsung dengan Kalibening yang sudah masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara. Ada perlu apa saya ke Kaliboja ?
Saya ajak anak-anak saya karena saya ingin memperkenalkan (ini bahasa saya lho) alam Pekalongan selatan yang selalu hijau adem enak untuk dinikmati. Itu pertama. Yang kedua, saya ke sana bersilaturahim ke rumah Mas Kirno Pranoto. Dia ini teman saya jaman KMD di Kajen. KMD ? itu lho, Kursus Mahir Dasar. Mas Kirno Pranoto ini guru di SDN 01 Paninggaran. Nah, rumah Mas Kirno inilah yang saya jadikan tempat transit di malam itu, transit plus bermalam untuk 12 orang.
Malam di situ saya boleh dikatakan menggigil karena hawanya yang dingin. Kaliboja berada di puncak yang boleh dikata tinggi untuk daerah Pekalongan. Saya tidur di kamar sendirian berselimutkan selimut tebal. Anak-anak tidur di ruang tamu beralas karpet.
Pagi harinya saya dan anak-anak diajak jalan-jalan Mas Kirno ke perkebunan teh yang ia usahakan. Orang-orang di situ biasanya menguasahakan perkebunan teh sendiri dan hasil petikan pucuk-pucuknya dijual ke pabrik teh Pagilaran yang ada di Batang. Di Paninggaran juga ada pabrik teh Pagilaran tapi semacam cabang, dan hanya memproses daun teh menjadi bakal teh. Jadi tidak sampai finishing keluar kemasanan teh. Saya juga melihat-lihat kolam ikan yang banyak diusahakan masyarakat setempat. Kebanyakan mereka membudidayakan ikan mas, ikan nila, dan mujair. Saya juga diajak menikmati aliran sungai yang jernih airnya dan ada pancurannya. Tak lupa juga, kami (saya dan anak-anak) berfoto di bawah lambaian bunga Edelwais. Konon, inilah lambang cinta abadi yang sesungguhnya karena bunga ini tiada pernah layu.


Hari itu juga kami jalan-jalan ke pancuran air hangat yang ada di sebelah selatan kota kecil Kalibening. Kami nikmati alam pemandangannya yang eksotik, dan kami cuma duduk-duduk di tepian kalinya, enggan mandi di pancuranya karena kebetulan banyak warga setempat (ibu-ibu dan mbak-mbak pakai kemben) sedang mandi dan cuci baju. Weeeeeeeekkkkkk…… akhirnya kami ke kedai bakso di Kalibening dan segera kembali ke markas untuk kemudian pulang.
Kaliboja sudah saya kenal lewat berita TVRI waktu saya esde dulu karena kepala desanya (Bu Eriyah) meraih penghargaan kalpataru dari Presiden Soeharto (alm) dan berkesempatan diundang oleh UNESCO ke forum PBB tentang lingkungan. Waktu saya pingin bertandang ke rumah Bu Eriyah, Mas Kirno menginformasikan kalau beliau sedang menunaikan ibadah haji dan belum pulang. Beliau ini, masih kata Mas Kirno, dua kali periode menjabat kepala desa karena keberhasilannya itu. Sehabis beliau turun jabatan, kedudukan kepala desa digantikan oleh suaminya yang hanya menjabat satu periode. Setelah suaminya turun kedudukan kepala desa dipegang oleh kemenakan mantan kades tersebut. Ini yang namanya dinasti kades. Namun, keindahan dan ketertiban desa ini sewaktu meraih pennghargaan dari Presiden Soeharto maupun UNESCO, agaknya kini tak berbekas lagi. Jalanan desa tak terawat lagi dan di sana sini saya melihat kesemrawutan tata kelola lingkungan, tak seperti yang saya lihat waktu penayangan di TVRI sekitar 24 tahun lalu tepatnya tahun 1985-an !

2 komentar:

  1. WAH MAS UGIK BAGUS LHO..TULISANNYA TENTANG KALIBOJA...SAYA BANGGA LGO ADA YANG POSTING TENTANG KALIBOJA,SOALNYA SAYA JUGA WARGA KALIBOJA...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus