Senin, 21 September 2009

Bekas Rumah Bah Zing Shong

Pintu Gerbang dijaga dua ekor singa
Tiang penyangga yang roman style
Si penjaga gerbang yang sering membuat anak menangis
bagian depan (portico) yang sudah remuk hancur oleh tangan jahil
Bangunan apakah ini ? Konon, menurut penuturan orang tua ku dulu (ayah angkat ku lahir sekitar tahun 1915-an), bangunan ini dulunya adalah kediaman De Capiten Van Tionghoa op Kedungwuni yang bernama Bah Zing Shong (entah nulisnya gimana, pokoknya begitulah lafalnya). Dia ini wong pualing sugih sak Kedungwuni. Tak sekaya Oe Tiong Ham yang punya istana di Semarang memang, tak juga sekaya Nitisemito di Kudus, namun pada masanya Bah Zing Shong memiliki pamor yang tak begitu saja terabaikan di seantero Kawedanan Kedungwuni (15 km selatan kota Pekalongan).
Dia menguasai banyak toko yang menjadi distribusi bagi kebutuhan masyarakat se kawedanan. Dia juga punya usaha distribusi minuman bersoda (orang kampung menyebutnya dengan istilah Lases). Dia dekat dengan kekuasaan. Rumahnya berhadap-hadapan dengan rumah Ndoro wedono Kedungwuni yang membawahi wilayah asistenan Wonopringgo dan Buaran. Diperkirakan bahwa Bah Zing Shong meninggal tahun 1930-an dan pemakamannya merupakan pemakaman termegah yang pernah disaksikan orang Kedungwuni. Mayatnya diangkut ke daerah yang sunyi sepi di sebelah selatan asistenan Doro. Sampai sekarang makamnya masih ada. Entah ada kerabatnya yang masih menengok atau tidak, yang jelas kata ayah angkatku yang pernah ngalami weruh Bah zing Shong, dia ini punya anak bernama Tuan Muda (gelar kehormatan mungkin). Tuan Muda ini sejak remaja sudah berada di Semarang (tahu kan kalau Semarang adalah basis Tionghoa sejak jaman bahaeula). Konon pula, jika Tuan Muda datang ke kediaman ayahnya ini, orang se kota kawedanan Kedungwuni penuh takjub memandangi satu-satunya otomobil yang berjalan pelan dengan klakson yang bisa didengar dari jarak ratusan meter sebelumnya. Mobilnya konon terbuka sehingga semua orang bisa melihat tampang si Tuan Muda.
Inilah sekelumit pecahan sejarah yang pernah aku dengar tentang bangunan itu. Dan perlu aku tambahkan pula bahwa pada masa pendudukan NICA, rumah kosong ini dijadikan markas Belanda sekaligus mengawasi gerak-gerik rumah kawedanan yang ada di seberangnya. (Bersambung...)












Tidak ada komentar:

Posting Komentar